Kam. Mei 9th, 2024
Kuliner Khas Bali: Dari Sambal Matah Hingga Ayam Betutu - Featured ImageKuliner Khas Bali: Dari Sambal Matah Hingga Ayam Betutu - Featured Image
Bagikan artikel ini:

Kuliner Khas Bali – Bali, yang sering disebut sebagai The Island of Paradise, telah menjadi tujuan wisata yang sangat terkenal di Indonesia. Pulau ini mempesona dengan keindahan alamnya yang dipadukan dengan kearifan budaya lokal. Bali menawarkan beragam paket liburan lengkap dengan tempat-tempat indah seperti pantai, laut, gunung, air terjun, dan masih banyak lagi.

Menariknya, wisatawan asing lebih mengenal Bali daripada Indonesia sendiri, menjadi bukti betapa Bali layak menjadi destinasi utama baik bagi turis lokal maupun internasional. Tidak hanya itu, kuliner khas Bali juga menarik perhatian dengan berbagai hidangan khasnya. Untuk mengetahui lebih lanjut, simak informasi di bawah ini tentang kuliner khas Bali.

17 Kuliner Khas Bali Yang Mungkin Banyak Orang Belum Tahu

Sate Lilit

Sate Lilit
Sate Lilit

Sate umumnya terdiri dari potongan daging yang ditusuk tusukan sate, namun Sate Lilit kuliner khas Bali memiliki cara penyajian yang unik. Sate ini tidak ditusuk, melainkan dibuat dengan cara dililit. Awalnya menggunakan daging babi sebagai bahan utama, kini Sate Lilit Bali dapat menggunakan daging lain seperti ayam, ikan, sapi, atau bahkan kura-kura yang dicincang.

Daging untuk Sate Lilit dibumbui dengan campuran berbagai rempah seperti bawang merah, merica, jeruk nipis, dan parutan kelapa. Daging yang telah dibumbui ini dililitkan pada batang serai datar dan lebar, kemudian dipanggang di atas arang. Sate lilit bumbu khas ini memiliki cita rasa yang beragam, dari manis, gurih, hingga sedikit pedas.

Keistimewaan Sate Lilit kuliner khas Bali juga terletak pada penyajiannya. Berbeda dengan sate pada umumnya yang disajikan dengan bumbu kacang, Sate Lilit dapat dinikmati langsung tanpa tambahan, karena dagingnya sudah memiliki cita rasa tersendiri. Untuk pengalaman menyantap yang lebih nikmat, dapat disajikan dengan sambal matah khas Bali, sate, pepes tuna, nasi putih hangat, dan sambal matah.

Sate Lilit sering dihidangkan dalam upacara adat di Bali dengan filosofi yang dalam. Daging sate yang dililit pada batang serai menggambarkan persatuan masyarakat Bali, sementara tusukan sate melambangkan pemersatuannya. Filosofi ini mencerminkan kesatuan dan kekompakan masyarakat Bali yang tetap bersatu.

Sate Lilit juga menjadi simbol kejantanan pria dalam budaya Bali. Dalam upacara adat, Sate Lilit biasanya disajikan dalam jumlah besar, menuntut tenaga laki-laki dalam proses pembuatannya. Hal ini menjadikan Sate Lilit sebagai lambang kejantanan, karena proses pembuatannya yang membutuhkan tenaga yang besar.

Ayam Betutu

Ayam Betutu

Ayam Betutu adalah kuliner khas Bali berupa ayam atau bebek utuh yang diisi dengan bumbu. Kata “betutu” berasal dari “be” yang berarti “daging” dan “tunu” yang artinya “bakar”, menjadikan betutu dapat diartikan sebagai daging yang dibakar, atau dalam konteks ini, ayam yang dibakar. Makanan tradisional ini biasanya dipanggang menggunakan api dari sekam.

Ayam Betutu disiapkan dengan meratakan bumbu kuliner khas Bali, yang dikenal sebagai “base genep”, ke seluruh bagian daging ayam. Sebagian bumbu juga dimasukkan ke dalam rongga perut ayam. Proses ini memberikan aroma yang menggugah selera, karena uap yang dihasilkan dari air dan lemak ayam. Semakin banyak uap yang dihasilkan, semakin kuat aroma yang muncul.

Ayam Betutu sering disajikan dalam berbagai upacara adat seperti otonan, odalan, pernikahan, dan upacara keagamaan. Selain itu, hidangan tradisional ini dapat ditemukan di berbagai tempat seperti rumah makan, hotel, dan restoran. Ayam Betutu tidak hanya dinikmati oleh penduduk lokal Bali, tetapi juga menjadi favorit bagi wisatawan, baik domestik maupun internasional.

Sate Plecing

Sate Plecing
Sate Plecing

Selain Sate Lilit, Bali juga mempunyai varian sate lain yang disebut Sate Plecing. Sate khas Bali ini mirip dengan sate pada umumnya, terdiri dari potongan daging yang ditusuk dengan tusukan sate. Daging babi menjadi bahan utama pada Sate Plecing, tetapi variasi daging lain seperti ayam, sapi, atau kambing juga dapat digunakan untuk memenuhi selera berbagai orang.

Perbedaan mencolok dari Sate Plecing adalah penggunaan bumbu kuliner khas Bali, bukan bumbu kacang seperti pada sate umumnya. Ini menjadikan Sate Plecing memiliki keunikan tersendiri. Bumbu plecing untuk Sate Plecing terdiri dari bawang putih, kemiri, terasi, dan tomat. Bumbu-bumbu tersebut diulek hingga membentuk pasta. Sate Plecing memiliki rasa pedas dan aroma harum yang berasal dari campuran bumbu yang digunakan.

Nasi Campur Khas Bali

Nasi Campur Khas Bali
Nasi Campur Khas Bali

Nasi campur khas Bali adalah hidangan nasi putih yang disajikan dengan beragam lauk-pauk kuliner khas Bali. Lauk-pauk yang digunakan melibatkan jukut urap (sayur urap Bali), tum (sejenis pepes), sate lilit, teri kacang, ayam suwir, telur pindang, sayuran, dan sambal khas Bali, yaitu sambal matah.

Nasi campur ini juga mencakup lauk-pauk non-halal, termasuk irisan babi guling yang dipanggang. Cocok disantap pada berbagai waktu, mulai dari sarapan, makan siang, hingga makan malam. Hidangan ini memberikan sensasi rasa pedas dan gurih yang nikmat, terutama ketika dinikmati bersama kerupuk kulit dan segelas es teh manis.

Baca Juga  17 Bahan Pengawet Alami: Rahasia Turun Temurun

Nasi Jinggo

Nasi Jinggo

Nasi Jinggo atau Jenggo adalah kuliner khas Bali yang disajikan dalam porsi kecil. Nasi Jinggo dibungkus dengan cara tradisional menggunakan daun pisang. Ukuran porsi nasi Jinggo sekitar kepalan tangan dan disertai dengan beragam lauk dan sambal. Lauk-pauk yang biasanya disajikan meliputi ayam suwir, sambal goreng tempe, dan serundeng.

Penjual nasi Jinggo umumnya menyajikannya dengan nasi kuning, dan variasi lauk-pauknya bisa mencakup mi goreng, daging sapi, telur, dan bahkan lauk-pauk non-halal seperti daging babi. Nasi Jinggo tidak hanya dijual di warung makan, tetapi juga sering ditemui dalam upacara keagamaan seperti ngaben, serta acara khusus seperti rapat atau perayaan ulang tahun.

Karena porsi yang kecil, nasi ini memiliki harga yang sangat terjangkau. Sebelum krisis moneter tahun 1997, nasi Jinggo dijual seharga Rp. 1500,- per porsi. Seiring waktu, harga nasi Jinggo kini berkisar antara Rp. 2000,- hingga Rp. 4000,-. Masyarakat biasanya membeli lebih dari satu bungkus karena ukuran nasi Jinggo hanya sekepal tangan.

Nasi Tepeng

Nasi Tepeng
Nasi Tepeng

Nasi Tepeng adalah kuliner khas Bali, khususnya daerah Gianyar. Terdiri dari nasi dan berbagai lauk-pauk seperti nangka muda, kacang merah, kacang panjang, daun kelor, terong, ayam suwir, telur, dan parutan kelapa di bagian atasnya. Semua ini disiram dengan bumbu khas Bali, menambahkan sentuhan istimewa.

Nasi Tepeng memiliki tekstur lembek mirip bubur, tetapi sebenarnya terlihat seperti nasi uduk. Keduanya menggunakan santan, memberikan rasa gurih pada Nasi Tepeng. Proses memasak melibatkan bumbu seperti daun salam, garam, dan kunyit.

Dalam penyajiannya, Nasi Tepeng dibungkus dengan daun pisang. Meskipun sederhana, sajian ini menyajikan variasi lauk yang beragam, menciptakan rasa lezat. Masyarakat Bali biasanya menyantap Nasi Tepeng sebagai sarapan pagi. Hidangan ini menggoda dengan rasa gurih, pedas, dan racikan bumbu kuliner khas Bali yang khas, serta berbagai lauk pauk yang menggugah selera. Nasi Tepeng yang disiram dengan bumbu khas dan parutan kelapa menjadi daya tarik bagi wisatawan maupun warga setempat.

Sate Kakul

Sate Kakul
Sate Kakul

Sate Kakul adalah hidangan sate yang menjadi ciri khas di kawasan Ubud. Berbeda dari sate pada umumnya, Sate Kakul tidak menggunakan daging ayam, sapi, atau babi, melainkan daging siput atau keong sawah. Pilihan ini didasarkan pada ketersediaan siput atau keong sawah di area persawahan di masa lalu. Meskipun awalnya hanya dikenal di Ubud, popularitas Sate Kakul meningkat seiring dengan minat penggemarnya.

Pembuatan Sate Kakul dimulai dengan membersihkan siput atau keong sawah, kemudian ditusuk menggunakan tusukan sate dan dibakar di atas bara api. Sate khas Ubud ini tidak terlepas dari penggunaan bumbu ikan bakar selama proses pembakaran, yang terdiri dari bawang merah, gula merah, dan kecap.

Bumbu ikan bakar tersebut melibatkan tambahan bahan seperti kemiri, saus tiram, serai, dan tomat untuk memberikan cita rasa yang kaya. Sate Kakul dapat dinikmati dengan menu sederhana, terutama dengan kuliner khas Bali. Cocok disantap dengan nasi putih hangat, atau disajikan bersama ares atau sop batang pisang khas Bali.

Sambal Matah

Sambal Matah
Sambal Matah

Sambal hampir selalu menjadi sajian wajib di setiap daerah di Indonesia, dan setiap jenis sambal memiliki keunikan dan ciri khasnya. Salah satu yang banyak digemari adalah sambal matah, sebuah sambal tradisional kuliner khas Bali yang populer di seluruh Provinsi Bali.

Istilah “matah” merujuk pada mentah, menjadikan sambal matah sebagai sambal yang terbuat dari bahan mentah tanpa diulek atau digerus. Terdiri dari bawang putih, bawang merah, cabai merah, garam, jeruk limo, minyak kelapa, sereh, dan terasi.

Sambal mentah ini disiapkan dengan merajang semua bahan, termasuk terasi yang direndam dan dihancurkan dalam minyak kelapa. Terasi yang telah dihancurkan kemudian disiramkan di atas bahan yang telah dirajang. Sambal matah memiliki tampilan menarik dengan warna yang beragam karena bahan-bahannya tidak diulek. Keindahannya juga sering diperkaya dengan hiasan irisan jeruk nipis.

Keistimewaan sambal matah terletak pada rasa pedas yang lezat. Sambal ini menjadi pelengkap sempurna untuk hidangan tradisional Bali seperti ayam betutu, bebek betutu, ayam bakar, ikan bakar, dan lainnya. Sambal matah juga menjadi bumbu penting untuk ayam sisit dan ikan bakar.

Sambal matah kini tidak hanya populer di Bali, tetapi juga meraih kegemaran masyarakat di berbagai daerah di Indonesia. Saat ini, banyak rumah makan, dari yang lokal hingga internasional, menyajikan sambal matah. Sajian khas ini juga menjadi menu unggulan bagi tempat makan yang mengkhususkan diri dalam kuliner khas Bali.

Sayangnya, sambal matah tidak dapat disimpan lebih dari satu hari karena bahan-bahannya dapat mengeluarkan aroma yang kurang sedap jika dibiarkan. Selain itu, sambal matah tidak dapat dipanaskan kembali, sehingga sebaiknya langsung dinikmati pada hari yang sama saat disiapkan.

Baca Juga  5 Cara Pengawetan Daging Agar Tahan Lebih Lama

Bebek Timbungan

Bebek Timbungan
Bebek Timbungan

Bebek Timbungan termasuk dalam kuliner khas Bali yang sangat terkenal dan memiliki sejarah panjang. Kata ‘Timbungan’ berasal dari ‘embung’ atau ‘timbung’, yang berarti bambu. Dari sini, Bebek Timbungan dapat diartikan sebagai kuliner khas Bali yang menggunakan bebek sebagai bahan utama dan dimasak dengan memanfaatkan bambu.

Bebek Timbungan merupakan daging bebek yang dibumbui dengan racikan bumbu khas Bali, yaitu bumbu Base Genep. Proses memasak melibatkan langkah-langkah yang memakan waktu. Daging bebek yang telah dibumbui dimasukkan ke dalam bilah bambu, kemudian bilah bambu tersebut ditutup dengan daun pisang dan dikukus hingga matang. Proses ini memerlukan waktu sekitar dua hingga tiga jam, memastikan bahwa daging bebek benar-benar empuk.

Waktu memasak yang cukup lama juga membantu lemak dari daging bebek keluar, memberikan rasa alami yang meningkatkan kelezatan dan kegurihan daging bebek. Bebek Timbungan memiliki tekstur daging yang empuk dan tidak kenyal, hasil dari proses memasak yang teliti.

Awalnya, Bebek Timbungan hanya disajikan dalam upacara adat Bali, namun karena popularitasnya, banyak restoran dan rumah makan di Bali kini menyajikan menu Bebek Timbungan. Selain sebagai sajian ritual, Bebek Timbungan dahulu menjadi hidangan favorit para raja di Bali, disajikan dalam perayaan kemenangan pasca-perang, dan menjadi pilihan untuk menjamu tamu kerajaan.

Rasa lezat dan gurih dari Bebek Timbungan, dengan sentuhan sedikit pedas, membuatnya cocok dinikmati oleh siapa saja. Aroma khas dari proses memasak daging bebek dalam bambu juga memberikan pengalaman kuliner yang istimewa. Daging bebek yang empuk dengan cita rasa yang menggugah selera ini sangat nikmat saat disantap bersama nasi putih hangat.

Laklak

Laklak

Di Bali, terdapat kue khas tradisional yang disebut laklak, terbuat dari tepung beras. Kue tradisional ini menggunakan berbagai bahan seperti tepung beras, santan, air daun suji, baking powder, garam, kelapa parut, dan air panas. Laklak juga disiram dengan saus gula merah yang terbuat dari gula merah, gula pasir, dan air mineral.

Laklak kuliner khas Bali memiliki penampilan serupa dengan serabi, namun dengan ukuran lebih kecil. Proses pembuatannya melibatkan cetakan tanah liat, mirip dengan cetakan kue cubit. Kue laklak dipanggang di atas tungku kayu bakar, memberikan aroma yang khas.

Dengan bentuk bulat dan warna hijau dari perasan daun suji, kue laklak disajikan dengan gula merah dan parutan kelapa, memberikan rasa manis dan gurih. Laklak bisa menjadi teman yang sempurna untuk menikmati secangkir kopi atau teh.

Sajian kue tradisional ini biasanya dijual di pasar tradisional di Bali pada pagi hari, ideal sebagai sarapan pagi. Selain itu, laklak sering ditemukan dalam upacara adat Bali, seperti Kuningan dan Galungan. Dalam upacara adat, kue khas ini sering disajikan bersama dengan berbagai kue tradisional kuliner khas Bali lainnya.

Rujak Bulung

Rujak Bulung

Rujak Bulung merupakan hidangan rujak kuliner khas Bali yang unik karena menggunakan rumput laut sebagai bahan utama, bukan buah. Rumput laut yang digunakan berasal dari perairan Bali, khususnya jenis boni. Rumput laut ini memiliki ranting hijau yang mencolok, dan saat dimasak, memberikan tekstur yang kenyal.

Rujak Bulung kuliner khas Bali disajikan dengan bumbu yang sederhana, termasuk cabai, garam, gula, dan terasi. Penyajiannya melibatkan disiram dengan kuah pindang, diberi parutan kelapa, parutan lengkuas, dan dibumbui dengan bumbu rujak yang telah dihaluskan. Cocok disantap sebagai camilan di siang hari atau sebagai pendamping hidangan lainnya, seperti ketupat atau tipat.

Rasa Rujak Bulung menghadirkan sensasi kenyal dari tekstur rumput laut yang dipadukan dengan kuah pindang yang gurih dan pedas, memberikan rasa yang segar dan lezat. Kelezatan rasa Rujak Bulung ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan lokal maupun turis dari berbagai negara.

Bubur Mengguh

Bubur Mengguh
Bubur Mengguh

Bubur merupakan pilihan sarapan yang populer. Namun, di Buleleng, Bali, terdapat bubur yang unik bernama Bubur Mengguh. Terbuat dari beras dan santan kental, bubur ini kemudian diberi bumbu tradisional seperti daun salam, bawang merah, bawang putih, cabai merah, kemiri, kunyit bakar, lada, dan garam.

Bubur Mengguh disajikan dengan cara berbeda dibanding bubur ayam. Disiram dengan kuah ayam kental, diberi ayam suwir, kacang panjang, dan kacang tanah goreng di atasnya. Bubur ini juga dilengkapi dengan taburan bawang goreng. Keunikan Bubur Mengguh terletak pada penyajiannya yang juga mencakup urap sayur, tetapi disajikan terpisah dari bubur.

Walaupun memiliki bahan dasar serupa dengan bubur ayam, penyajian yang unik ini membuat Bubur Mengguh berbeda. Anda tidak akan menemukan daun seledri, kerupuk, atau topping lain seperti sate usus ayam dan sate ampela. Hidangan ini menjadi favorit di kalangan masyarakat Bali karena kombinasi rasa gurih dan pedas dari bumbu serta cara penyajiannya.

Bubur Mengguh memiliki peran dalam tradisi upacara adat Bali. Meskipun awalnya merupakan bagian dari upacara adat, saat ini hidangan ini dapat ditemukan di berbagai tempat di Bali, termasuk rumah makan dan restoran. Anda dapat menikmati Bubur Mengguh sebagai sarapan pagi atau sebagai hidangan malam yang hangat.

Baca Juga  12 Marinasi Ayam yang Wajib Dicoba untuk Penggemar Ayam

Tipat Cantok

Tipat Cantok
Tipat Cantok

Tipat Cantok merujuk pada kuliner khas Bali, khususnya Desa Ungasan. “Tipat” dalam bahasa Bali berarti “ketupat”, sementara “cantok” mengacu pada proses diulek atau dihaluskan dengan cobek. Hidangan ini terdiri dari ketupat dan sayuran rebus, dengan bahan utama seperti kangkung, kacang panjang, dan tauge.

Tipat Cantok dibumbui dengan campuran bahan seperti bawang putih goreng, garam, gula merah, jeruk limau, kacang tanah goreng, dan kencur. Beberapa penjual tipat cantok juga kadang menambahkan petis ke dalam bumbu cantok tersebut. Semua bumbu diulek atau dihaluskan dengan cobek, lalu disajikan dengan tipat (ketupat), irisan tahu goreng, kangkung rebus, kacang panjang rebus, serta tauge rebus. Kuliner khas bali ini memiliki peran penting dalam memajukan pariwisata dan ekonomi di Bali.

Rujak Buleleng

Rujak Buleleng
Rujak Buleleng

Rujak Buleleng adalah kuliner khas Bali yang menggunakan beragam buah-buahan sebagai bahan utama. Hidangan ini mengandung bengkoang, kedondong, mangga, mentimun, nanas, papaya, dan ubi merah. Semua buah ini dibumbui dengan rempah-rempah kuliner khas Bali, seperti cabai rawit, cuka, gula aren Buleleng, terasi, dan pisang batu. Pisang batu memberikan sentuhan kuliner khas bali yang memberikan rasa sepat pada hidangan setelah seluruh bumbu diulek.

Keunikan rujak Buleleng terletak pada cara penyajiannya. Potongan buah disajikan dengan bumbu rujak Buleleng di atasnya, sehingga buah dan bumbu tercampur rata. Ini membedakan rujak Buleleng dari rujak buah umumnya, yang biasanya menyajikan buah dan bumbu secara terpisah untuk dicocol. Konsistensi cair dari rujak Buleleng disebabkan oleh campuran air dari buah-buahan yang menyatu dengan bumbu, memberikan pengalaman menyegarkan dan pedas saat dinikmati. Cocok dinikmati di tengah hari yang panas.

Jukut Ares

Jukut Ares

Jukut Ares merujuk pada hidangan sayuran kuliner khas Bali. “Jukut” berarti “sayur”, sedangkan “ares” mengacu pada anak batang pisang. Jukut Ares secara harfiah dapat diartikan sebagai sayuran berkuah dengan anak batang pisang sebagai bahan utamanya. Batang pisang yang digunakan biasanya berukuran sebesar lengan orang dewasa, dengan preferensi untuk menggunakan batang pisang klutuk atau pisang batu agar rasa lebih lezat. Alternatif lain termasuk batang pisang raja.

Proses memasak Jukut Ares melibatkan penggunaan bumbu kuliner khas Bali, yang dikenal sebagai base genep atau base gede. Bumbu ini mencakup bawang merah, bawang putih, cabai rawit, jahe, ketumbar, kunyit, lada hitam, dan lengkuas, semuanya dihaluskan terlebih dahulu. Selain anak batang pisang, Jukut Ares juga mengandung balung (tulang), yang umumnya menggunakan tulang babi, namun bisa juga menggunakan tulang sapi, tulang ayam, atau tulang bebek.

Jukut Ares dapat dinikmati dengan nasi putih hangat atau disantap bersama kuliner khas Bali lainnya, seperti sate plecing, sate kakul, ayam betutu, atau bebek betutu. Hidangan ini tidak hanya memiliki cita rasa gurih dan lezat, tetapi juga menjadi bagian penting dari berbagai acara penting di masyarakat Bali, terutama dalam upacara keagamaan, di mana Jukut Ares seringkali menjadi santapan yang disajikan dalam acara tersebut.

Serombotan

Serombotan
Serombotan

Serombotan adalah kuliner khas Bali tepatnya Klungkung, yang terdiri dari berbagai jenis sayuran. Sayuran yang digunakan meliputi bayam, terong bulat, kubis, kacang panjang, kangkung, kecambah, dan buah kecipir. Kadang-kadang juga ditambahkan kacang-kacangan seperti kacang tanah, kacang merah, kacang gude, dan kacang hijau “kencai”. Serombotan mirip dengan gado-gado, di mana sayur-sayuran dimasak setengah matang terlebih dahulu.

Serombotan disajikan dengan tiga jenis bumbu berbeda. Sambal nyuh, misalnya, menggunakan parutan kelapa tua sebagai bahan utama, dengan tambahan bawang putih, cabai, garam, terasi, dan gula Bali halus. Ada juga bumbu kacang, serta bumbu unyah sere limo yang terbuat dari cabai, garam, terasi, dan perasan jeruk purut. Semua bumbu dimasak hingga kental dan penuh cita rasa.

Dalam sajian ini, daging babi tidak digunakan seperti dalam kuliner khas Bali lainnya, karena serombotan hanya terdiri dari sayuran. Hidangan ini disiram dengan sambal, yang terdiri dari dua jenis, yaitu sambal kelapa dan sambal koples yang sangat pedas. Serombotan biasanya disantap dengan kacang goreng, nasi putih hangat, nasi oran sele (nasi campur dengan ubi jalar), ketupat, atau bahkan dinikmati dengan sate languan khas Klungkung.

Nasi Sela

Nasi Sela
Nasi Sela

Nasi sela merujuk pada kuliner khas Bali daerah Karangasem, yang juga populer di wilayah tersebut. Ini adalah kuliner unik yang terbuat dari nasi yang dicampur dengan sela, yaitu ketela atau ubi. Campuran nasi putih dan ubi memberikan rasa kenyang lebih cepat dan nilai gizi yang lebih tinggi dibandingkan dengan nasi putih biasa. Awalnya, nasi sela menjadi makanan andalan selama masa krisis, namun kini telah menjadi daya tarik bagi wisatawan asing.

Nasi sela disajikan dengan berbagai lauk, seperti jukut bejek (sayur bejek), grago (udang kecil-kecil), jukut kacang panjang, kacang tanah, urap sayur dengan mentimun dan kacang merah, pesan celengis, pindang tongkol, sate kulit ayam, dan suwiran ayam betutu. Terdapat juga beragam sambal untuk menambah cita rasa, termasuk sambal matah, sambal teri, dan sambal bongkot.

Nasi sela umumnya dinikmati bersama oleh masyarakat Bali, khususnya dalam tradisi megibung. Tradisi ini melibatkan banyak orang yang duduk melingkar mengelilingi aneka makanan, termasuk nasi sela, yang diletakkan di tengah-tengah mereka.

Buzz Biteyear

By Buzz Biteyear

To infini-tea and BEE-yond the scrumptious galaxy of flavors, where every bite is an interstellar delight! Join Buzz Light-yearning for a taste of adventure as he explores the delectable universe of cuisine, from Pizza Planet to the Milky Way-cake. Get ready to savor your way to infini-tea and BEE-yond!