Rab. Mei 8th, 2024
Asal Muasal Sate: Ragam Bumbu dan Bahan Bakaran Indonesia - Featured ImageAsal Muasal Sate: Ragam Bumbu dan Bahan Bakaran Indonesia - Featured Image
Bagikan artikel ini:

Asal Muasal Sate – Sate merupakan kuliner yang sangat disukai oleh banyak orang di Indonesia. Dapat ditemui di berbagai daerah, sate memiliki beragam jenis dengan bahan dasar, bumbu, dan cara penyajian yang unik, menjadikannya populer di kalangan masyarakat. Namun, setiap tusuk sate yang dinikmati saat ini memiliki kisah sejarah yang mendalam. Mari kita telusuri asal usul sate di Indonesia dan berbagai variasi bumbunya.

Sate Padang

Sate Padang

Indonesia memiliki beragam jenis sate yang tersebar di seluruh Nusantara, masing-masing dengan ciri khas yang mencerminkan keanekaragaman budaya daerah. Salah satu varian sate yang terkenal adalah sate Padang. Berakar di Padang, Sumatera Barat, sate Padang memukau dengan cita rasa lezatnya, dan mendapatkan tempat di hati masyarakat. Dengan sentuhan pedas khas masakan Padang, sate ini berhasil meraih popularitas di seluruh Indonesia.

Sate Padang mempunyai identitas unik dibandingkan sate-sate lainnya di Indonesia. Salah satu ciri paling khas dari sate Padang adalah kuah kentalnya. Kuah khas Sumatera Barat ini memiliki tekstur kental karena menggunakan tepung beras, dicampur dengan rempah-rempah khas seperti cabai merah, jahe, jintan, ketumbar, kunyit, lada, lengkuas, serai, dan lainnya. Kadang-kadang, kacang tanah juga turut digunakan untuk menyempurnakan kuah sate.

Keunikan lainnya dari sate Padang terletak pada pilihan dagingnya. Berbeda dari sate-sate umum yang menggunakan daging ayam atau kambing, sate Padang menggunakan daging sapi atau lidah sapi, bahkan daging kerbau. Bahan-bahan ini menyatu harmonis dengan bumbu yang digunakan, menciptakan cita rasa yang istimewa.

Asal usul sate Padang dapat ditelusuri hingga zaman peperangan. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa sate Padang berasal dari Pariaman, sebuah kota di pesisir Sumatera Barat. Ketika saudagar Islam dari Gujarat mengunjungi Pariaman untuk berdagang dan menyebarkan agama Islam, terutama di kota pesisir Sumatera seperti Pariaman, sate Padang mulai dikenal dan terus berkembang hingga saat ini.

Sejarah asal muasal sate Padang mencatat bahwa jenis sate ini berasal dari daerah Padang Panjang. Awalnya, sate Padang terbuat dari daging kerbau yang direbus dengan rempah-rempah sebelum dibakar. Cerita sejarah menyebutkan bahwa sate Padang dibawa oleh pemuda dari Padang Panjang yang belajar mengaji di Pariaman.

Banyak yang berpendapat bahwa sate Padang berasal dari Pariaman karena hal ini. Sejak kemunculannya, resep sate Padang mengalami transformasi, termasuk penggunaan daging sapi sebagai alternatif dari daging kerbau, serta penyesuaian cita rasa dan warna bumbu. Sate Padang sendiri memiliki variasi resep di wilayah Sumatera Barat, dan terbagi menjadi tiga jenis dari tiga wilayah berbeda.

Pertama, sate Padang Panjang atau dikenal sebagai sate Padang Darek, ditandai dengan kuah kental berwarna kuning karena penggunaan kunyit yang dominan. Sate Pariaman, dengan kuah berwarna merah karena penggunaan cabai yang lebih banyak. Terakhir, sate Padang Kota, dengan kuah cenderung encer dan berwarna kecokelatan, dianggap sebagai perpaduan bumbu Padang Panjang dan Pariaman.

Meskipun bumbu berbeda di setiap wilayah, semua jenis sate Padang menggunakan bahan dasar serupa, yaitu kuah yang dikentalkan dengan tepung beras, serta rempah-rempah seperti cabai merah, jahe, jintan, ketumbar, kunyit, lada, lengkuas, serai, dan kadang-kadang kacang tanah dalam jumlah kecil.

Kuliner khas Padang ini menghasilkan hidangan lezat dengan sentuhan bumbu khas Sumatera Barat. Yang pasti, menikmati sate Padang selalu disajikan dengan ketupat atau lontong yang dicampur dengan sebungkus sate. Penyajiannya juga melibatkan taburan bawang goreng atau ketupat kulit. Sampai sekarang, penyajian sate Padang masih mengikuti tradisi dengan menggunakan daun pisang sebagai alas, menciptakan pengalaman rasa yang istimewa dari sajian sate Padang.

Baca Juga  Mengenal 13 Makanan Fermentasi Dari Berbagai Belahan Dunia

Sate Maranggi Purwakarta

Sate Maranggi Purwakarta

Selain sate Padang, ada satu jenis sate yang sangat terkenal hingga mencapai popularitas internasional, yaitu sate Maranggi. Prestasinya tercatat dalam data Kemenparekraf atau Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tahun 2012, di mana sate Maranggi masuk sebagai salah satu dari “30 Ikon Kuliner Tradisional Indonesia (IKTI)”.

Bukan hanya itu, sate Maranggi juga mendapatkan perhatian saat Presiden Jokowi memperkenalkannya pada tahun 2016 di Korea Selatan, di mana sate Maranggi menjadi menu makan siang pada pertemuan antara Presiden Jokowi dan para CEO. Kejadian tersebut membawa popularitas sate Maranggi meningkat, menarik perhatian baik dari warga lokal maupun turis asing.

Sate Maranggi merupakan kuliner khas Purwakarta, Jawa Barat, yang sangat terkenal hingga banyak orang datang khusus ke daerah asalnya untuk menikmati lezatnya sate ini. Dari segi sejarah, sate Maranggi memiliki makna filosofis yang disebut sebagai “Tiga Daging Setusuk,” melambangkan Tri Tangtu dalam bahasa Sunda, yaitu tekad, ucap, dan tindakan.

Berdasarkan makna filosofis tersebut, sate Maranggi dibuat dengan potongan daging atau lemak yang cukup besar dalam satu tusuk sate. Meskipun asal muasal sate khas Purwakarta ini tidak dapat dipastikan dengan pasti, terdapat beberapa kisah yang berbeda, semuanya mengklaim sebagai asal muasal sate Maranggi.

Asal muasal sate Maranggi pertama kali dikaitkan dengan pengaruh akulturasi dua budaya, yaitu Indonesia dan Tiongkok. Kisah dimulai dengan seorang koki bernama Haryo Pramoe yang menyatakan bahwa seorang imigran Cina yang menetap di Jawa Barat membawa konsep sate Maranggi.

Saat sate Maranggi pertama kali diperkenalkan oleh imigran Cina, menu ini terdiri dari potongan daging babi, bukan potongan daging atau lemak sapi. Namun, seiring dengan penerimaan ajaran agama Islam di masyarakat Jawa, terjadi perubahan bahan utama menjadi daging sapi agar dapat dinikmati oleh semua orang, khususnya oleh mereka yang beragama Islam di daerah tersebut.

Pengaruh akulturasi budaya kuliner terlihat tidak hanya dari bahan utama, tetapi juga dari penggunaan bumbu dan rempah pada sate Maranggi. Bumbu dan rempah yang digunakan mirip dengan yang digunakan pada kuliner Cina seperti dendeng aya dan dendeng babi.

Ada versi lain mengenai asal usul sate Maranggi, yang menyatakan bahwa sate ini adalah kuliner asli Indonesia. Budayawan Sunda, Dedi Mulyadi, mengungkapkan bahwa nama ‘Maranggi’ diambil dari penjual sate Maranggi pada masa lalu, yaitu Mak Ranggi.

Kisah kedua ini juga didukung oleh Heri Apandi, pemilik rumah makan Sate Maranggi di Purwakarta. Heri Apandi, sebagai pemilik rumah makan sate Maranggi, mengklaim bahwa sate ini sudah ada sejak belum ada lemari es. Pada saat itu, Mak Ranggi ingin mengawetkan daging dendeng tanpa lemari es, hanya dengan cara didendeng menggunakan bumbu dan rempah.

Proses pengawetan daging dengan bumbu ini berhasil menghasilkan cita rasa daging yang lezat. Dengan metode tradisional ini, popularitas sate Maranggi perlahan-lahan meningkat melalui proses marinasi dengan bumbu dan rempah yang digunakan.

Mak Ranggi, pencipta sate yang lezat, berhasil memikat hati para pelanggan yang kemudian menyebut sate dengan namanya, “Sate Mak Ranggi”. Seiring berjalannya waktu, nama tersebut berkembang menjadi “Sate Maranggi”. Hingga saat ini, nama Sate Maranggi telah dikenal luas oleh masyarakat.

Versi cerita lain mengenai asal muasal sate Maranggi muncul dari kreativitas para pekerja peternakan domba di Kecamatan Plered. Mereka sering kali hanya mendapatkan daging sisa dari peternakan tempat mereka bekerja, namun tetap berusaha memanfaatkannya dengan sebaik mungkin.

Para pekerja peternakan domba ini mengolah daging domba sisa dengan cara memotongnya menjadi potongan kecil. Selanjutnya, mereka merendam potongan daging dalam rempah-rempah khas, seringkali dengan tambahan gula aren dalam jumlah kecil.

Baca Juga  13 Jenis Pisau Dapur dan Fungsinya

Penggunaan rempah khas untuk merendam daging domba sisa tidak hanya berfungsi sebagai pengawet, tetapi juga menciptakan rasa lezat pada daging tersebut. Dari kisah ketiga mengenai asal muasal sate Maranggi, muncul klaim bahwa para pekerja peternakan domba inilah yang menciptakan kelezatan sate Maranggi.

Bumbu Sate Maranggi Purwakarta

Bumbu Sate Maranggi Purwakarta ini dapat digunakan untuk merendam daging sebelum dipanggang menjadi sate. Hasilnya, sate Maranggi Purwakarta yang dihasilkan akan memiliki citarasa khas dengan sentuhan pedas dan gurih. Kelebihannya, Anda tidak perlu pergi jauh ke Purwakarta, karena bumbu ini dapat digunakan kapan saja sesuai keinginan Anda.

Sate Maranggi Cianjur

Saat membicarakan tentang sate Maranggi, sebenarnya terdapat dua jenis sate Maranggi yang dapat ditemui di Jawa Barat, yaitu sate Maranggi Purwakarta dan sate Maranggi Cianjur. Meskipun sate Maranggi Purwakarta lebih terkenal, namun sajian sate Maranggi Cianjur juga layak untuk dicoba.

Sate Maranggi Cianjur memiliki sedikit perbedaan dengan sate Maranggi Purwakarta, dengan perbedaan utama terletak pada penyajiannya. Sate Maranggi Purwakarta sering disajikan dengan kecap, acar, dan sambal tomat, sementara sate Maranggi Cianjur disajikan dengan ketan bakar sebagai nasi, dan disertai sambal oncom. Meskipun demikian, keunikan sate Maranggi Cianjur tetap menawarkan kenikmatan yang tak kalah dari sate Maranggi asal Purwakarta.

Sate Madura

Sate Madura

Asal muasal sate di Indonesia yang lain adalah sate Madura. Sate ini menjadi salah satu varian yang sangat populer di seluruh Nusantara, bahkan sampai ke pelosok pedesaan. Meskipun berasal dari Madura, Jawa Timur, sate ini jarang dijumpai di Pulau Madura sendiri karena lebih sering dijual di luar pulau tersebut. Sate Madura terkenal dengan bahan dasar daging ayam yang terus menjadi favorit masyarakat hingga kini.

Sate Madura memiliki ciri khas unik, di mana daging ayam ditusuk, dibakar di atas bara api, dan disajikan dengan bumbu kacang yang lezat. Penyajiannya dengan cita rasa yang cenderung manis dan legit telah meresap dalam selera masyarakat Indonesia, menjadikan sate Madura sebagai favorit banyak orang.

Sate khas Madura ini juga mengandung makna filosofi, yaitu menyatukan setiap elemen menjadi sebuah kesatuan. Sajian lezat dengan bumbu kacang ini memiliki sejarah yang melatarbelakangi asal usulnya. Konon, sate Madura tercipta ketika Arya Jaran Panoleh, seorang penguasa di Jawa Timur, mengunjungi rumah kakaknya, Batara Katong, yang merupakan penguasa Ponorogo.

Saat berkunjung, Arya Jaran Panoleh mengenakan warok serba hitam dengan kaos bergaris-garis, yang menjadi ciri khas orang Madura. Ketika melihat makanan yang dianggapnya tidak lazim, yaitu daging ditusuk dengan lidi dan dilapisi dengan bumbu kacang.

Arya Jaran Panoleh beserta rombongannya menolak menyantap hidangan tersebut dan merasa bingung tentang cara memakannya. Sang kakak kemudian menjelaskan bahwa makanan tersebut sangat lazim di kalangan masyarakat Ponorogo, terutama bagi para warok. Para warok, yang memiliki sifat wira’i, menggunakan tusuk lidi sebagai alat untuk memakan daging ayam.

Penggunaan tusuk lidi sebagai alat untuk memakan daging ayam juga menjadi solusi praktis ketika sendok belum dikenal agar tetesan sambal tidak mengenai jari. Setelah penjelasan itu, Arya Jaran Panoleh meminta izin kepada kakaknya, Adipati Ponorogo, untuk mempelajari kehidupan masyarakat Ponorogo yang sulit ditebak, dengan niat untuk mengaplikasikannya di Madura.

Arya Jaran Panoleh juga tertarik dengan pakaian ksatria warok yang gagah, dan ia meminta izin agar pakaian tersebut dapat digunakan oleh pengawalnya. Atas perintah sang kakak, Arya Jaran Panoleh bersama dengan rombongan Sumenep pulang diawal-awasi oleh pasukan warok, dan kemudian para warok tersebut menjadi pengawal kadipaten Songenep.

Bumbu Sate Madura

Sate Madura dikenal menggunakan bumbu kacang dalam penyajiannya. Juga dikenal sebagai saus kacang, bumbu pecel, kuah kacang (jika encer), atau sambal kacang (jika ditambahi cabai hingga pedas), ini merupakan saus berbumbu dengan kacang tanah goreng yang digiling hingga halus sebagai bahan utamanya.

Baca Juga  Apa Itu Red Velvet? Terbuat Dari Apa Dan Ini Sejarahnya

Resep bumbu kacang ini bervariasi, mulai dari yang ditumbuk kasar sehingga masih menyisakan butiran halus kacang yang renyah, hingga yang digiling hingga benar-benar halus seperti selai kacang. Selain kacang tanah goreng, bahan lainnya termasuk kecap manis, cabai, gula jawa, air jeruk nipis, laos, santan, bawang putih, daun jeruk, merica, dan sebagainya.

Bumbu kacang ini adalah ciri khas masakan Indonesia yang dapat ditemukan pada banyak hidangan, termasuk sate Madura, gado-gado, karedok, ketoprak, dan pecel. Biasanya, bumbu kacang akan dibubuhkan atau disiramkan di atas bahan utamanya untuk memberikan cita rasa khas. Keberadaan bumbu kacang membuat sate Madura memiliki cita rasa manis yang lezat, ditambah dengan taburan bawang goreng di atasnya.

Sate Kambing

Selain menggunakan daging ayam atau sapi sebagai bahan dasar, sate kambing juga tak kalah lezat dan terkenal sebagai makanan khas Indonesia. Sate yang terbuat dari daging kambing ini menjadi favorit, terutama selama perayaan hari raya Idul Adha, di mana masyarakat umumnya mendapatkan pasokan daging kambing yang melimpah karena kambing sering dijadikan hewan kurban.

Selain populer selama hari raya Idul Adha, sate kambing juga sering dijual melalui gerobak khas mereka. Sate kambing juga sering dikombinasikan dengan hidangan khas Indonesia lainnya, seperti tongseng, di mana daging kambing dilepas dari tusukan sate dan dimasukkan ke dalam kuah tongseng yang lezat.

Di Indonesia, sate kambing biasanya menggunakan tiga jenis daging utama, yaitu daging ayam, sapi, dan kambing. Namun, sate dengan bahan utama daging ayam dan kambing menjadi yang paling terkenal. Tradisi menyajikan sate kambing saat hari raya Idul Adha telah menjadi bagian dari warisan budaya turun-temurun yang tetap dijalankan hingga saat ini.

Dalam proses pengolahan sate kambing, daging yang ideal digunakan adalah daging kambing muda dengan usia sekitar 3 hingga 5 bulan. Pemilihan daging kambing muda dilakukan karena teksturnya yang lebih empuk dan lembut, memudahkan dalam proses pemanggangan sate, dan memberikan kenikmatan saat disantap.

Daging kambing akan dibumbui dengan berbagai rempah-rempah sebelum dibakar untuk menciptakan rasa yang lezat. Penyajian sate kambing umumnya disertai dengan kubis, serta sambal kecap yang terbuat dari kecap sebagai bahan utama, yang kemudian diberi tambahan bawang merah, cabai, jeruk limau, dan tomat. Menikmati sate kambing akan menjadi lebih nikmat jika disajikan dengan nasi putih hangat.

Bumbu Sate Kambing

Saat membuat sate kambing, bumbu menjadi unsur penting dalam menciptakan cita rasa lezat pada hidangan ini. Dengan menggunakan beragam bumbu dapur sederhana, seperti bawang putih, garam, dan kecap asin, Anda dapat menghasilkan sate dengan rasa gurih dan nikmat. Mengingat daging kambing cenderung keras, penambahan bahan tertentu diperlukan untuk mencapai tekstur daging yang empuk. Salah satu cara adalah dengan menambahkan baking powder ke dalam campuran bumbu perendam daging.

Untuk melunakkan daging kambing, dapat digunakan bahan alami seperti daun pepaya atau buah nanas. Daun pepaya efektif melunakkan daging karena mengandung enzim papain. Daun pepaya digunakan dengan cara membungkus daging kambing dan dibiarkan selama sekitar satu jam.

Selain itu, buah nanas juga dapat digunakan karena mengandung enzim bromelain yang berperan dalam melunakkan daging kambing. Caranya adalah dengan memarut buah nanas dan mengoleskan parutan tersebut ke seluruh bagian daging. Daging kemudian direbus bersama parutan nanas hingga mendidih. Penting untuk tidak merendam daging terlalu lama agar tidak membuatnya terlalu basah.

Sate dapat dinikmati kapan pun sebagai pendamping nasi putih hangat, lontong, atau ketupat yang dapat memuaskan selera Anda. Kelezatan sate membuat banyak orang sering menyantapnya sebagai bagian dari menu sehari-hari, dan bahkan menjadi pilihan pada acara atau hari-hari spesial. Begitulah asal muasal sate di Indonesia beserta ragam bumbunya.

Buzz Biteyear

By Buzz Biteyear

To infini-tea and BEE-yond the scrumptious galaxy of flavors, where every bite is an interstellar delight! Join Buzz Light-yearning for a taste of adventure as he explores the delectable universe of cuisine, from Pizza Planet to the Milky Way-cake. Get ready to savor your way to infini-tea and BEE-yond!