Sab. Mei 18th, 2024
20 Jajanan Khas Palembang yang Wajib Dicoba - Featured Image20 Jajanan Khas Palembang yang Wajib Dicoba - Featured Image
Bagikan artikel ini:

Jajanan Khas Palembang – Makanan khas Palembang umumnya mengandalkan ikan sebagai bahan utamanya, terutama karena Sumatera Selatan, terutama Palembang, dianugerahi keberadaan Sungai Musi, sungai terpanjang di Indonesia. Sungai ini menjadi sumber kekayaan ikan yang melimpah, menjadi ciri khas dari jajanan khas Palembang.

Dikenal sebagai “Kota Pempek,” Palembang tidak hanya terkenal dengan pempek atau hidangan berbahan dasar ikan, tetapi juga menawarkan berbagai hidangan lezat khas Palembang lainnya yang patut dicoba. Mulai dari hidangan gurih hingga kue tradisional yang manis. Ingin mengetahui lebih banyak tentang jajanan khas Palembang? Mari kita temukan!

20 Jajanan Khas Palembang, Sumatera Selatan

Pempek

Pempek
Pempek

Pempek adalah jajanan khas Palembang yang pertama, yang tak hanya bisa ditemukan di daerah asalnya saja, tetapi juga di berbagai daerah di Indonesia, sehingga membuat kota Palembang diberi julukan sebagai “Kota Pempek”. Konon, istilah pempek pada kuliner khas ini berasal dari nama seorang penjual pempek, ia adalah lelaki keturunan Cina, yaitu ‘Apek’, namun masyarakat seringkali memanggil namanya dengan ‘pek-pek’, maka kemudian hadirlah nama pempek untuk menyebutkan jajanan khas Palembang ini.

Pempek dibuat dari campuran ikan dan sagu. Ikan yang digunakan mulanya adalah ikan belida, namun karena seiring waktu harga ikan tersebut semakin mahal dan langka, maka pempek kini menggunakan jenis ikan yang lebih beragam. Pempek biasanya dibuat dengan membersihkan ikan dan membuang kepala beserta tulangnya, kemudian digiling menggunakan kelesan dan dicampur dengan tepung.

Cara penyajian pempek adalah disantap dengan cuko, yaitu sejenis kuah atau saus cair yang berwarna coklat gelap. Cuko ini sendiri dibuat dari campuran air gula merah atau gula batok, asam jawa, bawang putih dan cabe rawit. Untuk menambahkan rasa asam, sebagian orang menambahkan cuka ke dalam kuah tersebut. Cuko memiliki konsistensi yang cukup kental, dengan aroma kuat, serta dengan perpaduan rasa pedas, asam, dan asin.

Seiring dengan popularitas pempek yang semakin meningkat, maka masyarakat pun ingin menyantap pempek dengan berbagai jenis, sehingga dibuatlah beragam varian pempek yang dapat disantap, seperti pempek kapal selam, pempek tahu, pempek keriting, pempek lenjer, pempek telor, pempek kulit, dan pempek panggang (tunu).

Pempek telah menjadi jajanan khas Palembang yang banyak dikenal masyarakat serta disukai oleh berbagai kalangan. Jajanan khas ini juga kerap kali dijadikan oleh-oleh yang wajib dibawa pulang saat berkunjung ke Palembang. Anda bisa menemukan pempek di banyak daerah, mulai dari toko-toko, hingga rumah makan yang secara khusus menjual jajanan khas Palembang.

Lenggang

Lenggang

Lenggang adalah jajanan khas Palembang lainnya yang cukup terkenal. Jajanan khas ini menggunakan bahan yang serupa dengan pempek, yaitu tepung dan ikan, serta dinikmati pula dengan kuah cuko. Namun meski menggunakan bahan dasar yang serupa, pempek dan lenggang memiliki perbedaan. Pada dasarnya, adonan lenggang cenderung lebih kental daripada pempek.

Terdapat keunikan dari jajanan khas Palembang ini, yaitu dari cara pembuatannya. Adonan lenggang dipanggang dengan daun pisang yang telah dibentuk menjadi kotak yang akan digunakan sebagai wadah untuk memanggang. Daun pisang pun dipilih bukan tanpa alasan, daun pisang memiliki aroma yang khas, sehingga dapat membuat lenggang semakin beraroma saat dipanggang.

Keunikan selanjutnya dari lenggang adalah bahwa lenggang dipanggang setengah matang, adonan tersebut akan ditambahkan dengan telur bebek, dan diletakkan kembali ke dalam wadah yang terbuat dari daun pisang untuk kemudian dipanggang dan dibalik hingga lenggang matang secara merata. Untuk menikmati lenggang, Anda bisa menghirup aroma harum dari cuko setelah menggigit lenggang, agar aroma cuko serta rasa lenggang menyatu dengan sempurna.

Laksan

Laksan

Tak hanya pempek atau lenggang saja yang menggunakan ikan sebagai bahan dasarnya, laksan pun juga menggunakan ikan sebagai bahan utama makanan khas Palembang ini. Laksan merupakan sajian yang berbentuk oval dengan rasa yang menyerupai pempek. Meski dengan bahan dasar serta rasa yang hampir sama dengan pempek, namun sesungguhnya laksan ini disajikan dengan cara yang berbeda.

Laksan disantap dengan kuah bersantan yang jika dilihat, kuah laksan ini serupa dengan kuah dari lontong sayur. Kuah santan tersebut berwarna merah keemasan yang terbuat dari santan, bawang putih, bawang merah, merica, ketumbar, serta udang kering. Sajian ini juga tak kalah lezat dari pempek, yang sudah menjadi bagian dari makanan favorit banyak orang. Laksan bercita rasa gurih, unik, dan lezat.

Lakso

Palembang juga memiliki makanan khas yang berupa mi gurih. Mi ini dinamakan lakso, dengan kuah yang terbuat dari santan kelapa dengan rasa yang gurih. Mi pada sajian ini terbuat dari campuran tepung beras, tepung sagu, serta air, yang diuleni hingga licin, dan dipilin hingga mi ini memiliki bentuk yang serupa dengan pempek keriting.

Kuah dari lakso ini bercita rasa gurih, serta aroma yang harum lantaran terdiri dari rempah-rempah khas. Kunyit merupakan bumbu yang membuat kuah lakso berwarna kuning, lalu kuah lakso juga dibuat dengan rempah seperti bawang merah, bawang putih, ketumbar, dan kemiri.

Lakso biasa dinikmati dengan ikan, serta taburan bawang goreng. Meski lakso tak sepopuler pempek, namun lakso ini merupakan sajian mi yang begitu sedap. Perpaduan antara mi yang kenyal, kuah kental dengan rempah yang kuat, serta aroma ikan yang lezat menjadikan lakso sangat nikmat. Jika Anda penggemar kuliner pedas, sajikan lakso dengan sambal.

Baca Juga  Fakta Takoyaki: Arti, Sejarah, Evolusi dan Variasinya

Tekwan

Tekwan
Tekwan

Kota Palembang memiliki hidangan sop yang tak kalah lezat dibandingkan dengan sop lainnya. Namanya adalah tekwan, merupakan makanan khas Palembang berupa sop yang berbahan dasar ikan dan sagu, yang dibentuk dengan ukuran kecil. Untuk menambah kenikmatannya, tekwan dilengkapi dengan kuah udang dengan rasa yang lezat.

Nama Tekwan sendiri berasal dari bahasa Palembang, yakni “Bekotek Samo Kawan”, “Tek” singkatan dari bekotek dan “Wan” artinya adalah kawan. Jika diterjemahkan “Bekotek Samo Kawan” artinya duduk mengobrol bersama kawan. Hal ini mengacu pada kuliner khas ini sebagai menu makanan yang paling pas untuk dinikmati ketika bercakap-cakap dengan teman.

Tekwan menggunakan bahan dasar yaitu ikan, meski bisa dibuat dengan beragam jenis ikan, namun yang paling disukai adalah ikan tenggiri. Tekwan tak hanya terdiri dari olahan ikan dengan sagu saja, tetapi juga terdapat pelengkap yakni soun, jamur, berbagai sayuran seperti irisan bengkoang, daun bawang, taburan bawang goreng, dan ebi.

Meski tekwan tidak begitu terkenal di daerah lain, namun tekwan adalah menu yang wajib tersedia saat hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Tekwan memiliki rasa yang lezat dan gurih, dan itulah mengapa tekwan banyak disukai oleh segala usia, mulai dari anak-anak hingga paruh baya. Di Palembang sendiri, tekwan sangat mudah ditemukan di sudut kota.

Celimpungan

Celimpungan
Celimpungan

Celimpungan adalah jajanan khas Palembang yang terbuat dari bahan yang sama dengan pempek, yaitu ikan dan tepung sagu. Jajanan khas ini memiliki bentuk yang serupa dengan bakso ikan, dan disajikan dengan kuah santan yang kental. Celimpungan tak hanya dibuat menyerupai bakso ikan saja, tetapi juga dibuat dengan bentuk pistel, atau kapal selam.

Celimpungan dinikmati dengan kuah santan, yang konon asal-usul celimpungan adalah dulunya warga Palembang ingin menikmati celimpungan tanpa saus cuka, sehingga masyarakat bereksplorasi untuk menggantikan saus cuka dengan kuah santan. Kuah tersebut dibumbui dengan rempah-rempah khas yang termasuk kunyit, lengkuas, serai, dan lainnya. Dengan demikian, hadirlah celimpungan dengan kuah santan.

Kuah santan ini tak kalah lezat dengan saus cuka yang biasanya digunakan sebagai saus dari pempek, banyak masyarakat yang menyukai celimpungan karena rasanya yang gurih dan lezat. Untuk menikmati celimpungan, Anda bisa menambahkan irisan lontong, taburan bawang goreng, serta kerupuk ikan. Untuk sajian yang pedas, Anda bisa mencampurkan sambal khas yaitu sambal merah tumis encer.

Kuah dari celimpungan ini sendiri berwarna kuning, dan memiliki makna filosofis yaitu ramai, meriah, atau semarak, sehingga celimpungan merupakan makanan yang memiliki simbol mengobarkan semangat sebelum kita beraktivitas. Celimpungan cukup terkenal di daerah asalnya, Anda bisa menemukannya di mana pun, mulai dari warung makan kaki lima, hingga hotel bintang lima.

Burgo

Burgo
Burgo

Burgo adalah jajanan khas Palembang lainnya yang menggunakan beras, sagu, ikan gabus, dan air sebagai bahan dasarnya. Burgo dibumbui dengan berbagai rempah seperti bawang merah, bawang putih, biji kemiri, daun salam, kencur, ketumbar, lengkuas, gula pasir, temu kunci, dan sedikit kapur sirih.

Burgo dibentuk menjadi gulungan dan diiris menjadi beberapa bagian. Secara umum, burgo adalah salah satu menu sarapan bagi para warga Palembang, namun Anda juga bisa menyantapnya kapan pun Anda inginkan. Burgo biasanya disiram dengan kuah santan, yang terbuat dari kaldu ikan gabus atau ikan belida. Kuahnya identik dengan warna keruh kekuningan, yang merupakan hasil dari bahan-bahannya yaitu santan, bumbu bawang, daun salam, kunyit, ketumbar, lengkuas, serta kemiri.

Burgo bertekstur lembut dan kuah santannya membuat burgo menjadi sajian yang nikmat. Sebagai pelengkap, burgo biasanya ditaburi dengan bawang goreng, sambal untuk menambah rasa pedas, serta perasan jeruk nipis yang membuat burgo terasa asam dan segar.

Gulai Malbi

Gulai Malbi
Gulai Malbi

Gulai malbi; dari namanya mungkin Anda akan mengira bahwa gulai malbi adalah gulai yang biasa ditemukan, yang memiliki warna oranye kemerahan, namun gulai malbi yang merupakan jajanan khas Palembang ini lebih menyerupai semur daging sapi, lantaran memiliki warna hitam dengan rasa yang manis dan gurih.

Gulai malbi berbahan dasar daging sapi, yang dibumbui dengan cengkih, asam jawa, kayu manis, kecap manis, mesoyi, dan pala. Semur daging sapi khas Palembang ini dimasak secara perlahan agar bumbu meresap sempurna ke dalam daging. Selain daging sapi, gulai malbi dihidangkan dengan kuah yang terbuat dari santan dan air, yang memiliki tekstur kental.

Gulai malbi berciri khas yaitu warnanya yang hitam, dengan kuah yang melimpah dan kental. Malbi paling cocok disantap dengan nasi minyak, kerupuk, acar, serta sambal nanas. Sebagai alternatif, Anda juga bisa menyantapnya dengan nasi putih hangat atau ketupat sayur.

Martabak HAR

Martabak HAR
Martabak HAR

Martabak HAR adalah makanan yang terbuat dari tepung terigu sebagai bahan utamanya, dengan tambahan telur bebek dan telur ayam, dengan kuah yang terbuat dari kari kambing yang dicampur kentang. Ini adalah jajanan khas Palembang yang berasal dari India yang dibawa oleh Haji Abdul Rozak. Dinamakan martabak HAR sebab HAR itu sendiri merupakan singkatan dari nama Haji Abdul Rozak yang merupakan saudagar Palembang keturunan India, yang memiliki toko martabak waralaba martabak HAR tersebut.

Kuliner ini telah ada sejak 7 Juli 1947 yang berlokasi di Jalan Sudirman Palembang, dan masih berdiri hingga saat ini. Karena banyaknya peminat martabak HAR, maka rumah makan ini telah tersebar di beberapa tempat yang masih dikelola oleh keluarga Haji Abdul Rozak, dan orang lain yang pernah bekerja di martabak HAR.

Kulit dari martabak HAR ini terbuat dari campuran terigu, telur, garam, dan minyak, yang dipipihkan dengan tujuan agar kulitnya menjadi lebar. Martabak HAR dibuat dengan cara yang sama dengan martabak telur, yaitu dengan menggoreng kulit martabak di atas wajan penggorengan, lalu ditambahkan telur bebek atau telur ayam sebagai isian.

Baca Juga  Macam Macam Nasi Arab: Perbedaan Kebuli, Briyani, Mandhi, Kabsa dan Bukhari

Martabak HAR disajikan dengan kuah kari khas, yang dapat disiram langsung ke atas martabak, atau bisa juga disajikan terpisah. Sebagai pelengkap, martabak khas Palembang ini dinikmati dengan kuah yang terbuat dari cuka dan cabai rawit kecil, sehingga terciptalah sajian martabak dengan rasa yang gurih, pedas, dan asam.

Meski ini adalah sajian yang berasal dari India, namun martabak HAR khas Palembang ini memiliki keistimewaannya tersendiri, yang terletak pada kulit martabak yang lebih renyah dan garing, serta dengan kuah kari yang cenderung encer. Aroma serta rasa dari kuah kambing pada martabak HAR ini pun tidak terlalu kuat seperti kuah kari asli India.

Mi Celor

Mi Celor

Sajian mi telah kita jumpai di berbagai daerah di Indonesia, namun kota Palembang juga memiliki kuliner mi yang tak kalah menarik, yang dinamakan Mi Celor. Kata Celor sendiri diambil dari bahasa Melayu Palembang, yang diterjemahkan secara harfiah menjadi direndam ke dalam air panas atau diseduh. Hal ini menggambarkan pembuatan mi celor yakni diseduh.

Mi celor – seperti namanya, menggunakan bahan dasar mi kuning atau mi telur, dengan ukuran yang lebih besar dan lebih lebar daripada ukuran mi yang biasa ditemukan. Mi celor dimasak dengan mencelupkan mi ke dalam air panas sejenak untuk melunakkan mi, lalu dinikmati dengan kuah kental.

Pindang Palembang

Pindang Palembang

Pindang khas Palembang adalah kuliner dengan proses pengolahan yang sederhana. Awal mula pindang muncul sebagai makanan khas Palembang adalah karena masyarakat di masa lalu memiliki aktivitas yang cukup sibuk, sehingga menyebabkan masyarakat harus memasak dengan praktis. Hal ini juga didukung oleh aliran Sungai Musi di wilayah Sumatera Selatan mengalir dengan baik, sehingga menghasilkan jumlah ikan yang sangat banyak.

Selain itu, lebak atau rawa juga memiliki kekayaan yang tak kalah melimpahnya. Maka dari itu, dibuatlah olahan yang sederhana dengan bahan utama dari hasil tangkapan laut seperti ikan atau udang. Masyarakat Palembang menggunakan ikan yang beragam untuk dimasak pindang, misalnya ikan belida, ikan betok, ikan bujuk, ikan jelawat, ikan gabus, ikan juaro, ikan lain, hingga ikan patin.

Pindang juga menggunakan bumbu yang sederhana, di antaranya adalah asam kandis, cabai, kunyit, lengkuas, dan serai. Bumbu tersebut merupakan hasil dari pertimbangan masyarakat dalam membuat masakan yang praktis. Karena dikenal akan kesederhanaannya, maka pindang varian pindang terus berkembang, dan muncullah pindang ayam, pindang daging, pindang ikan salai, pindang tulang, dan lain-lain.

Pindang Tulang

Pindang Tulang
Pindang Tulang

Pindang tulang adalah makanan khas Palembang olahan pindang lainnya yang terbuat dari iga sapi dengan rasa kuah yang pedas dan asam. Pindang tulang khas Palembang tak sama dengan pindang yang terdapat di daerah lain, misalnya pindang tulang dari Pulau Jawa. Kuah dari pindang tulang dibumbui dengan asam jawa, bawang merah, bawang putih, daun salam, jahe, kunyit, garam, gula, lengkuas, serai dan tomat, dan sebagian orang juga menambahkan kecap manis sebagai bumbunya.

Pindang tulang memiliki rasa serta kuah yang bergantung pada penggunaan kecap manis. Jika pindang tulang ditambahkan kecap manis, maka rasanya akan manis dengan kuah yang berwarna kehitam-hitaman. Di sisi lain, pindang tulang tanpa kecap manis memiliki warna kuah yang cenderung kuning.

Sementara iga sapi yang merupakan bahan utama dari pindang tulang melalui proses perebusan agar menjadi empuk. Setelah iga sapi empuk, ditambahkan bumbu-bumbu pindang untuk melezatkan hidangan. Pindang tulang khas Palembang ini memiliki cita rasa yang khas dari perpaduan antara rasa asam dan pedas, serta menyegarkan.

Sate Sapi Cucuk Manis

Sate Sapi Cucuk Manis

Sate sapi cucuk manis adalah makanan khas Palembang yang sekilas terlihat seperti sate yang umum ditemukan. Akan tetapi, sate khas ini memiliki potongan dadu yang lebih besar daripada sate lainnya. Satu tusuk sate cucuk manis ini biasanya terdiri dari empat potong daging, yang tak hanya terdiri dari daging sapi saja, melainkan juga terdapat hati, lidah, gajih, serta empedu. Namun, untuk bagian hati, biasanya tidak dicampurkan dengan bagian lain.

Sate sapi cucuk manis ini dinikmati dengan kuah bumbu kecap, serta irisan bawang bombay. Ini juga bisa dinikmati dengan kuah kaldu daging yang lezat. Tekstur daging yang empuk, dengan beragam isian di setiap tusuk sate, dan dengan rasa manis dari bumbu kecap, menjadikan sate cucuk manis sangatlah menggugah selera.

Model

Model
Model

Makanan model; ketika mendengar namanya, ini bukanlah model yang diterjemahkan secara harfiah, namun mengacu pada istilah dari salah satu kuliner khas Palembang. Seperti kebanyakan jajanan khas Palembang sebelumnya, model juga berasal dari bahan dasar ikan tenggiri. Model pun secara umum terbuat dari bahan yang serupa dengan tekwan, yang membedakan hanya pada proses pengolahannya.

Makanan model pada dasarnya terbuat dari ikan tenggiri, telur, tahu cina, serta tepung sagu. Dalam proses pengolahan, model dibuat dengan membersihkan ikan tenggiri dari duri dan sisiknya, kemudian mencampurkannya dengan bahan lain seperti garam, telur, dan menambahkan sedikit demi sedikit air es sambil terus diaduk agar mencapai kekentalan yang diinginkan.

Makanan model merupakan sajian kuah khas Palembang, dengan kuah yang terbuat dari bawang merah, bawang putih, daun sedap malam, daun seledri, jamur kuping, merica, serta udang. Kuahnya dibuat dengan memisahkan kepala udang dari badannya, yang kemudian digunakan dalam rebusan air untuk membuat kuah. Bagian badan udang ditumis dengan bumbu untuk model, dan dicampurkan dengan rebusan kepala udang.

Makanan model khas Palembang biasanya disajikan dengan mi, sohun, serta potongan ketimun. Untuk menambah cita rasa pedas, bisa ditambahkan sambal atau saus. Penjual yang menyajikan makanan model biasanya juga menyediakan tekwan karena keduanya menggunakan bahan yang serupa, yang membedakan hanyalah proses pengolahan.

Baca Juga  Mengenal dan Cara Membuat Ajitama: Telur Ramen Jepang

Kue Lumpang

Kue Lumpang
Kue Lumpang

Kue lumpang atau yang juga disebut lompang merupakan salah satu jajanan khas Palembang berupa kue basah yang disiapkan dengan metode pengukusan. Nama lumpang merujuk pada bentuk peralatan yang digunakan, menyerupai lesung di bagian tengah, serupa dengan alat tradisional untuk menumbuk jagung atau beras. Bahan utama kue lumpang meliputi tepung beras, tepung kanji, daun pandan, daun suji, gula jawa, dan santan. Penyajiannya seringkali dilengkapi dengan parutan kelapa.

Karena komposisi bahan yang digunakan, kue lumpang memiliki tekstur lembut dan kenyal, disertai rasa manis yang lezat. Jajanan khas Palembang ini telah ada sejak lama, digunakan dalam berbagai acara, seperti perayaan keagamaan atau upacara adat oleh leluhur Suku Palembang.

Kue lumpang memiliki tiga varian berbeda, dibedakan berdasarkan bahan dasarnya. Pertama, ada kue lumpang berwarna hijau, atau yang dikenal sebagai Kue Ijo, yang menggunakan daun suji memberikan rasa dan aroma khas. Varian kedua berwarna putih, dibuat dengan gula pasir. Varian terakhir berwarna coklat karena menggunakan gula jawa sebagai salah satu bahannya. Kue lumpang, dengan kelezatan rasa manisnya, paling nikmat disajikan bersama secangkir teh atau kopi.

Kue Maksuba

Kue Maksuba
Kue Maksuba

Kue maksuba merupakan salah satu jajanan khas Kota Palembang yang termasuk dalam kategori kue basah. Ciri khas kue ini terlihat dari warnanya yang kuning dengan garis-garis hitam di bagian tengah, menyerupai kue lapis. Rasanya manis dan gurih.

Seperti kebanyakan kue basah, maksuba dibuat dengan menggunakan telur, gula, mentega, dan susu kental manis sebagai bahan utamanya. Yang membedakan adalah penggunaan telur bebek, bukan telur ayam, memberikan keunikan tersendiri pada kue jajanan khas Palembang ini. Resep maksuba tetap setia pada tradisi zaman dahulu tanpa modifikasi apapun, meskipun proses pembuatannya kini lebih modern.

Kue berbahan dasar telur bebek ini membutuhkan sekitar 28 butir telur bebek untuk satu loyang, tanpa tambahan bahan pengembang lain. Sebagai kue lapis khas Palembang, pembuatan maksuba mengharuskan kesabaran dan ketelitian, karena setiap lapisan harus dipanggang secara terpisah hingga membentuk kue lapis yang sempurna.

Maksuba memiliki peran penting pada acara-acara spesial, seperti perayaan lebaran, dan menjadi bagian tradisional dalam hantaran pada pernikahan adat di Palembang. Pada momen lebaran, terutama untuk pengantin baru, kue maksuba dianggap sebagai hantaran yang penting sebagai bentuk penghormatan kepada keluarga yang dihormati.

Gulo Puan

Gulo Puan
Gulo Puan

Gulo puan, makanan khas dari kota Palembang, Sumatra Selatan, terbuat dari campuran gula dan susu. Dalam bahasa Palembang, “gulo” berarti gula, dan “puan” merujuk pada susu, menggambarkan bahan utama yang digunakan dalam ajanan khas Palembang ini. Uniknya, susu yang digunakan bukanlah susu sapi, melainkan susu kerbau rawa.

Dengan langkanya populasi kerbau rawa, beberapa orang sekarang menggunakan susu kambing atau sapi sebagai alternatif. Gulo puan memiliki warna kecoklatan, memberikan cita rasa manis, gurih, dengan tekstur lembut dan berpasir. Dahulu, makanan ringan ini menjadi favorit sultan dan bangsawan Melayu di Kabupaten OKI dan kota Palembang karena kelezatannya.

Saat dilihat, gulo puan mungkin terlihat seperti gula aren, tetapi dari segi rasa, lebih mirip dengan keju manis. Rasanya juga menyerupai permen susu karena menggunakan gula dan susu sebagai bahan dasarnya. Dengan kelebihan rasa manisnya, gulo puan sangat nikmat disantap bersama teh atau kopi, atau dihidangkan dengan pisang goreng. Selain itu, gulo puan juga dapat digunakan sebagai olesan untuk roti dan sebagai bahan dalam pembuatan kue.

Kue Delapan Jam

Roti Koing
Kue Delapan Jam

Kue delapan jam, jajanan khas Palembang, mengalami proses memasak selama delapan jam, memberikan nama khusus pada kue ini. Pentingnya waktu memasak selama delapan jam menjadikan rasanya sempurna, menghindarkan kue dari kelembekan dan kekurangan pori. Masyarakat Palembang menyukai kue ini karena rasa legitness yang membuatnya menjadi camilan yang adiktif.

Bahan-bahan utama kue delapan jam meliputi telur ayam atau bebek, mentega, susu, dan bahan lainnya. Tanpa menggunakan tepung, kue ini memiliki tekstur yang lembut. Meskipun dulunya merupakan hidangan eksklusif untuk bangsawan Palembang, kue delapan jam sekarang dapat dinikmati oleh berbagai kalangan.

Warna kecoklatan kue ini telah menjadikannya sebagai Warisan Budaya Tak Benda Sumatera Selatan. Selain itu, kue delapan jam juga memiliki makna filosofis terkait kehidupan dan ketuhanan. Pertama, melalui proses pembuatannya yang memakan waktu lama, menggambarkan bahwa kehidupan harus dijalani dengan kesabaran untuk mencapai tujuan.

Makna filosofis kedua terkait dengan pembagian waktu dalam hidup. Dalam sehari yang memiliki 24 jam, pembagian tiga kegiatan selama delapan jam masing-masing, seperti bekerja, beristirahat, dan beribadah. Angka delapan juga melambangkan jumlah orang yang akan mengangkat keranda saat kematian, mengingatkan kita bahwa hidup di dunia ini sementara.

Roti Koing

Roti Koing
Roti Koing

Roti koing, atau dikenal juga sebagai roti raden, adalah jajanan khas Palembang yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya masyarakat Palembang. Roti koing memiliki rasa tawar, karena awalnya merupakan camilan yang diciptakan tanpa sengaja. Tanpa tambahan gula, roti koing muncul pada masa penjajahan saat gula sulit diperoleh.

Camila khas ini tidak selalu tersedia setiap saat, melainkan hanya dapat dinikmati selama bulan puasa, menjadi menu wajib ketika bulan Ramadhan tiba. Roti koing memiliki bentuk bulat dengan tekstur keras. Karena rasanya yang tawar, roti koing biasanya dinikmati dengan mencelupkannya ke dalam teh, kopi, atau susu. Keunggulan teksturnya yang keras membuat roti koing tetap konsisten saat dicelupkan.

Meskipun kota Palembang terkenal dengan pempek yang menggiurkan, namun jangan lewatkan kuliner khas Palembang lainnya yang tak kalah menarik dan lezat, seperti roti koing. Apakah Anda berkunjung ke Palembang atau suka menjelajahi kuliner daerah di Indonesia, pastikan untuk merasakan kelezatan jajanan khas Palembang ini.

Buzz Biteyear

By Buzz Biteyear

To infini-tea and BEE-yond the scrumptious galaxy of flavors, where every bite is an interstellar delight! Join Buzz Light-yearning for a taste of adventure as he explores the delectable universe of cuisine, from Pizza Planet to the Milky Way-cake. Get ready to savor your way to infini-tea and BEE-yond!