Sen. Mei 20th, 2024
Sejarah Tumpeng: Dari Ritual Keagamaan Hingga Perayaan - Featured ImageSejarah Tumpeng: Dari Ritual Keagamaan Hingga Perayaan - Featured Image
Bagikan artikel ini:

Sejarah Tumpeng – Nasi tumpeng, yang juga dikenal sebagai nasi berbentuk kerucut, memiliki peran yang tak tergantikan dalam berbagai perayaan dan momen spesial bagi masyarakat Jawa dan Betawi, khususnya mereka yang memiliki warisan budaya Jawa. Varian nasi tumpeng dapat dinikmati dalam berbagai bentuk, seperti nasi kuning, kadang disajikan sebagai nasi putih biasa, atau bahkan sebagai nasi uduk, semuanya disajikan dengan tata letak kerucut pada wadah anyaman bambu.

Dalam konteks tradisional, nasi tumpeng menjadi hidangan utama dalam upacara selamatan dan umumnya dipersiapkan ketika merayakan pesta atau acara besar. Penyajian nasi tumpeng dilakukan di atas daun pisang atau tampah, yang merupakan wadah tradisional berbentuk bundar dari bambu. Artikel ini akan membahas secara mendalam mengenai sejarah tumpeng dan berbagai aspek menarik yang mungkin belum kamu ketahui. Tertarik untuk mengetahui lebih lanjut? Baca hingga tuntas!

Sejarah Tumpeng

Sejarah Tumpeng: Dari Ritual Keagamaan Hingga Perayaan - Potret masyarakat Jawa pada jaman dahulu
Sejarah Tumpeng: Dari Ritual Keagamaan Hingga Perayaan – Potret masyarakat Jawa pada jaman dahulu

Pada awalnya, hidangan nasi berbentuk kerucut ini digunakan oleh masyarakat Jawa dan daerah sekitarnya, termasuk orang Madura dan Bali. Praktik ini bertujuan memberikan sesajen ke gunung sebagai simbol penghormatan terhadap leluhur yang tinggal di sana. Sejak zaman sebelum agama menyebar ke seluruh nusantara, ritual pemberian sesajen ke gunung sebagai simbol telah berlangsung.

Ketika agama Hindu akhirnya mencapai Indonesia dan era Hindu dimulai, nasi tumpeng diolah dalam bentuk yang menyerupai kerucut. Pilihan bentuk kerucut tidak dilakukan secara sembarangan, melainkan sebagai representasi dari bagaimana dewa-dewa mereka akan hidup dalam bentuk gunung Mahameru. Seperti itulah singkatnya tentang sejarah tumpeng.

Tradisi Nasi Tumpeng

Tumpeng memiliki peran krusial dalam merayakan pesta adat. Tradisi tumpeng sudah ada sejak zaman sebelum masuknya Islam ke pulau Jawa. Meskipun demikian, sejarah tumpeng berkembang dan terkait dengan filosofi Islam Jawa, dianggap sebagai pesan leluhur tentang doa kepada Yang Maha Kuasa. Dalam tradisi kenduri Slametan pada masyarakat Islam tradisional Jawa, tumpeng disajikan setelah dilakukan pengajian.

Didalam nasi tumpeng terdapat tiga akronim yang berasal dari doa dalam surah al-Isra’ ayat 80 yang artinya: “Ya Tuhan, mohon masukkan aku dalam kebenaran dan keluarkan aku sepenuhnya dan jadikanlah kekuatan-Mu untukku yang memberi pertolongan”. Pertama, akronim menurut tradisi Islam Jawa, kata “Tumpeng” berasal dari akronim dalam bahasa Jawa, yaitu “Yen metu kudu sing mempeng” yang diartikan “kalau keluar harus sungguh-sungguh”.

Akronim yang kedua, ada satu unit makanan lagi yang disebut “Buceng”, yaitu makanan yang terbuat dari beras ketan. Kata buceng merupakan akronim dari Yen mlebu kudu sing kenceng yang memiliki makna “Bila masuk harus dengan sungguh-sungguh”. Dan akronim yang terakhir yaitu lauk pauk pada hidangan tumpeng berjumlah 7 macam, angka 7 dalam bahasa Jawa adalah pitu artinya Pitulungan atau pertolongan (bantuan).

Baca Juga  10 Manfaat Alpukat Untuk Ibu Hamil Kebaikan Bayi

Menurut beberapa ahli tafsir, doa tersebut dibacakan oleh Nabi Muhammad SAW tatkala akan hijrah dari kota Mekkah ke kota Madinah. Jadi jika seseorang merayakan penyerahan tumpeng, tujuannya adalah untuk memohon pertolongan kepada Sang Pencipta agar kita mendapatkan kebaikan dan terhindar dari keburukan, serta mendapatkan kemuliaan dari pertolongan tersebut. Dan hal tersebut akan senantiasa kita dapatkan jika kita bersedia untuk terus berusaha dengan sungguh-sungguh.

Sejarah Tumpeng: Dari Ritual Keagamaan Hingga Perayaan - Tumpeng sebagai simbol perayaan
Sejarah Tumpeng: Dari Ritual Keagamaan Hingga Perayaan – Tumpeng sebagai simbol perayaan

Saat menyajikan tumpeng pada acara seperti perayaan, syukuran, atau slametan, setelah pembacaan doa, terdapat tradisi tak tertulis yang menyarankan agar pucuk tumpeng dipotong dan diberikan kepada orang yang paling penting, paling terhormat, paling dimuliakan, atau paling tua di antara hadirin.

Hal ini bertujuan memberikan penghormatan kepada orang yang terpilih. Selanjutnya, semua yang hadir akan bersama-sama menikmati tumpeng. Melalui konsumsi tumpeng bersama, masyarakat menyampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan, sekaligus merayakan kebersamaan dan kerukunan.

Selain itu, perayaan atau kenduri juga merupakan ungkapan rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa atas hasil bumi dan berkah lainnya. Karena dalam sejarah tumpeng nilai-nilai syukur dan perayaan yang terkandung dalam hidangan tumpeng, kini tumpeng populer dijadikan sebagai kue ulang tahun dalam berbagai perayaan, termasuk pesta ulang tahun hingga saat ini.

Acara yang selalu menyediakan nasi tumpeng juga dikenal sebagai ‘tumpengan’ secara umum. Di Yogyakarta, misalnya, tradisi tumpengan sering diadakan menjelang 17 Agustus, bertujuan untuk mendoakan keselamatan negara. Perlombaan merias nasi tumpeng juga sering digelar setiap 17 Agustus, memeriahkan Hari Kemerdekaan, terutama di kota-kota di Jawa Tengah dan Jogjakarta.

Lauk Pauk

Dalam sejarah tumpeng, walau tidak ada ketentuan khusus mengenai lauk pauk yang dapat disajikan bersama nasi tumpeng, beberapa jenis lauk pauk umum yang sering digunakan meliputi perkedel, ayam suwir, irisan telur, telur rebus, orek tempe, hingga daun seledri. Pemilihan lauk pauk pada nasi tumpeng juga memiliki makna tradisional, sesuai dengan budaya Jawa dan Bali. Oleh karena itu, pemilihan jenis dan jumlah lauk pada nasi tumpeng memiliki pertimbangan khusus.

Sejarah Tumpeng: Dari Ritual Keagamaan Hingga Perayaan - Berbagai macam lauk pada Tumpeng
Sejarah Tumpeng: Dari Ritual Keagamaan Hingga Perayaan – Berbagai macam lauk pada Tumpeng

Pada umumnya, dalam nasi tumpeng terdapat setidaknya tujuh jenis lauk pauk. Angka 7 dalam budaya Jawa disebut pitu, yang juga diartikan sebagai pitulungan atau pertolongan. Sebagai contoh, telur pada nasi tumpeng memiliki makna yang mencerminkan kebersamaan. Berdasarkan sejarah tumpeng dalam konteks tradisional tumpeng, disarankan agar lauk pauk terdiri dari hewan darat (ayam atau sapi), hewan laut (lele, bandeng, atau rempeyek teri), dan sayuran (kangkung, bayam, atau kacang panjang).

Baca Juga  Menilik Asal Usul Soto Betawi: Peninggalan Yang Lestari

Ikan juga sering digunakan sebagai lauk pauk pada nasi tumpeng, menggambarkan keuletan dan perjuangan hidup meskipun menghadapi masa-masa sulit. Sebagai contoh lain, ayam jago yang dimasak dengan bumbu kuning sering disajikan, dengan makna bahwa manusia harus menjauhi sifat buruk yang diasosiasikan dengan ayam jago, seperti sifat sombong atau ingin menang sendiri.

Berbeda dengan lauk pauk yang memiliki makna yang beragam, sayuran dalam nasi tumpeng umumnya diartikan sebagai simbol yang baik. Sayuran seperti kangkung, kacang panjang, dan tauge melambangkan perlindungan dan pertimbangan yang bijak dalam membuat keputusan.

Makna Filosofis

Sejarah tumpeng dari aspek tradisionalnya memiliki makna filosofis yang mendalam. Menurut cerita rakyat yang beredar di Jawa dan Bali, tumpeng berbentuk kerucut merupakan simbol mistik kehidupan dan ekosistem. Bentuk kerucut juga mencerminkan kemuliaan Tuhan sebagai Pencipta alam, sementara lauk pauk dan sayuran melambangkan kehidupan dan harmoni alam.

Tumpeng yang asli dan lengkap harus setidaknya mencakup satu jenis daging untuk mewakili hewan darat, ikan untuk mewakili hewan laut, telur untuk mewakili binatang bersayap, dan sayuran yang mewakili persediaan makanan yang diberikan oleh tumbuhan. Biasanya, tumpeng disajikan dengan bayam karena bayam merupakan simbol tradisional kemakmuran masyarakat pertanian Jawa.

  • Telur: Telur biasanya disajikan dengan kulit yang belum dikelupas. Mengupas telur sebelum memakannya melambangkan perencanaan dan persiapan yang harus dilakukan seseorang sebelum menjadi baik.
  • Sayuran: Porsi sayuran mencerminkan hubungan yang baik antara teman dan tetangga. Bayam melambangkan kehidupan yang aman dan damai; kangkung mencerminkan kemampuan bertahan dalam kesulitan; buncis melambangkan umur panjang; dan kecambah kacang hijau melambangkan pewarisan leluhur.
  • Lele: Lele mewakili pentingnya persiapan terhadap masa depan. Ikan lele juga melambangkan kerendahan hati, karena hidup di dasar kolam.
  • Bandeng: Banyak tulang bandeng melambangkan keberuntungan dan kemakmuran di masa depan.
  • Ikan Teri: Ikan teri melambangkan hubungan baik antara keluarga dan tetangga.

Variasi Nasi Tumpeng

  • Tumpeng Nasi Kuning: Pada tumpeng nasi kuning, warna kuning melambangkan emas, kekayaan, kelimpahan, dan moral yang tinggi. Tumpeng nasi kuning umumnya disajikan pada acara-acara yang bersifat gembira, seperti pertunangan, pernikahan, perayaan kelahiran, Natal, dan lain sebagainya.
  • Tumpeng Nasi Uduk: Jenis tumpeng ini sering disebut sebagai tumpeng tasyakuran. Nasi uduk, nasi yang dimasak dengan santan, disajikan pada peringatan hari lahir Nabi Muhammad dalam upacara Maulid Nabi.
  • Tumpeng Robyong: Tumpeng ini sering dihidangkan dalam upacara siraman atau mandi pengantin dalam adat Jawa. Tumpeng diletakkan di atas wadah nasi bambu bakul, berisi lauk pauk seperti telur, terasi, bawang merah, dan cabai merah.
  • Tumpeng Nujuh Bulan: Sesuai namanya, tumpeng nujuh bulan disajikan pada bulan ketujuh menjelang kelahiran atau upacara sebelum melahirkan. Dibuat dengan nasi putih, bagian utama dikelilingi oleh enam tumpeng kecil, semuanya didirikan di atas tampah yang dialasi daun pisang.
  • Tumpeng Pungkur: Tumpeng pungkur disajikan dalam upacara kematian seorang gadis atau seseorang yang belum menikah. Terdiri dari nasi putih yang dikelilingi oleh hidangan sayuran, tumpeng ini dipotong vertikal menjadi dua bagian dan ditumpuk.
  • Tumpeng Putih: Tumpeng putih menggunakan nasi putih, melambangkan kesucian dalam budaya Jawa. Sering disajikan dalam upacara sakral.
  • Seremonial atau Modifikasi Tumpeng: Tumpeng modifikasi dengan gaya kekinian terbuka untuk modifikasi dan adaptasi. Desain tumpeng ini tergantung pada kebijaksanaan, selera, dan permintaan tuan rumah.
Baca Juga  Cara Mengukur Tingkat Kepedasan Cabai, Cari Tau Sepedas Apa

Sebagian besar masyarakat Indonesia hingga saat ini kerap menyajikan tumpeng sebagai hidangan dalam acara-acara khusus, seperti hajatan, pengajian, pernikahan, ulang tahun, kumpul keluarga atau tetangga, pesta perpisahan, dan acara yang dihadiri banyak orang.

Sejarah Tumpeng: Dari Ritual Keagamaan Hingga Perayaan - Salah satu karya lomba menghias Tumpeng
Sejarah Tumpeng: Dari Ritual Keagamaan Hingga Perayaan – Salah satu karya lomba menghias Tumpeng

Selain itu, tumpeng juga sering digunakan untuk memeriahkan lomba 17 Agustus dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan, dengan tema merias tumpeng. Tumpeng juga menjadi perlombaan pada hari Emansipasi Wanita pada tanggal 21 April, karena memiliki nilai kemeriahan dan perayaan. Bahkan, karena nilai-nilai tersebut, tumpeng dianggap sebagai kue ulang tahun khas Indonesia hingga saat ini.

Menurut Jati dalam Kearifan Lokal di Balik Tumpeng Sebagai Ikon Masakan Tradisional Indonesia, pada tahun 2004 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia meluncurkan piramida makanan berbasis tumpeng untuk mendorong pola makan sehat. Lauk pauk dari tumpeng mencakup sampel makanan dari seluruh bagian piramida makanan. Sisi berbahan dasar daging atau kedelai menyediakan zat besi, seng, dan protein; lauk pauk sayuran menyediakan vitamin dan mineral.

Pada tahun 2009, Garuda Indonesia mulai menawarkan Mini Nasi Tumpeng Nusantara sebagai bagian dari konsep baru untuk menonjolkan keramahan Indonesia. Tumpeng juga ditawarkan di restoran Indonesia di luar negeri, seperti di negara tetangga Singapura dan Belanda. Itulah sejarah tumpeng serta beberapa hal yang perlu kamu ketahui tentang nasi tumpeng. Apakah di daerahmu masih menyajikan nasi tumpeng pada acara-acara tertentu?

Buzz Biteyear

By Buzz Biteyear

To infini-tea and BEE-yond the scrumptious galaxy of flavors, where every bite is an interstellar delight! Join Buzz Light-yearning for a taste of adventure as he explores the delectable universe of cuisine, from Pizza Planet to the Milky Way-cake. Get ready to savor your way to infini-tea and BEE-yond!